MER Grup Lawak yang Lolos Audisi Srimulat Jawa Pos
Terbiasa Ngelawak di Depan Anggota Pramuka
Tidak mudah untuk bisa membuat mengocok perut atau membuat orang tergelitik. Seperti yang dialami grup lawak MER dari Ngoro yang lolos audisi Srimulat yang digelar Jawa Pos. Meski baru seusia jagung, grup lawak yang digawangi tiga pemuda itu mampu eksis, bahkan sempat lolos audisi API TPI 2005 lalu.
MOCH CHARIRIS, Mojokerto
MENJAMURNYA grup lawak baru dan komedian yang belakangan menghiasi layar televisi, mendorong kaum muda di daerah berlomba-lomba menujukkan kemampuan mengocok perut. Seperti Grup MER dari Desa Wates, Kecamatan Ngoro, yan diawaki Mulyono, Ichwannudin dan Rihendri.
Meski baru berdiri tahun 2005, namun grup lawak kawakan itu berhasil lolos manggung bersama Srimulat. ’’Ya syukurlah bisa manggung bersama Srimulat,” ujar Mulyono, pentolan MER saat ditemuai di rumahnya Desa Wates. Meraih prestasi lolos di ajang audisi Srimulat yang digelar Jawa Pos pada 11 Januari merupakan kejutan.
Sebab, dari usia dan pengalaman yang didapat masih sebatas umur jagung. ’’Yang penting pede dan bisa melawak itu saja modalnya,” katanya. Dari 13 kontestan yang lolos yang bertarung di panggung audisi, MER mampu membuat tim dewan juri bahkan anggoata Srimulat ketawa.
Tidak heran jika mereka masuk dalam kategrori kelompok ’’unggulan’’ yang terpilih adalah GKD Keppontren, Bayoned, dan MER. Mereka sukses meraih poin positif para juri plus mengocok perut penonton audisi.
’’Awalnya tidak percaya karena mereka cukup kocak dan banyak pengalaman,” timpal Mulyono yang kini usianya menginjak 36 tahun. Bapak satu anak ini lantas bercerita, kemampuan mengocok perut sebelumnya didapat arek-arek Ngoro ini dalam kontes Audisi Pelawak Indonesia (API) 2005 lalu. Meski hanya meraih 16 besar. Tepat saat mereka membentuk grup lawak MER, kependekan dari Mojokerto Edan Rek.
’’Nama itu kami buat biar mudah dikenal saja,” jelas Mulyono sembari menunjukan foto-foto selama mereka mengikuti audisi API Jakarta. Berbeda dengan grup lawak lain, ketiga pelawak yang berprofesi sebagai pembina Pramuka SMP Negeri Ngoro untuk sekadar mencari bahan saat manggung, hanya mengandalkan insting saat membina pramuka.
’’Biasanya di sela-sela membina. Kadang melawak di depan anak-anak Pramuka.” tuturnya. Bila sedang tidak ada kontes audisi, anggota MER biasa memenuhi panggilan dari masyarakat yang menggelar hajatan. Atau sekadar ingin perutnya dikocok.
Untuk satu kali manggung, kata Mulyono mereka tidak mematok honor. ’’Tidak pakai horor-hororan (honor-honoran, Red). Ya seikhlasnya saja,” bebernya. Karena belum adanya kesamaan dan kekompakan saat manggung selama perjalananya MER acapkali berganti personel. Tepatnya menjelang adisi API di TPI.
Namun, dengan jarak usia yang tidak sepadan, Mulyono 36 dan Ichwanuddin yang baru menginjak kelas 3 SMA serta Rihendri pemuda berusia 24 tahun seorang buruh pabrik, kekompakan dan kesamaan mereka diatas panggung terlihat kental. ’’Nggak tahu ya mungkin karena sering bertemu kita bertiga bisa kompak,” jelas Ichwanudin.
Seiring dengan prestasi yang didapat dengan kemampuan terbatas, MER berharap bisa meraih prestasi lebih. Seperti halnya kelompok komedian legendaris Warkop DKI (Dono, Kasino dan Indro).
’’Itu memang cita-cita kami. Karena bisa menghibur dan terkenal rasanya keinginan semua grup lawak dan komedían,” celoteh Rihendri. Hanya saja dengan kemampuan dan jam manggung yang terbatas, ketiga pria tersebut menyadari untuk mencapai komedían terkenal butuh waktu panjang.
Termasuk usaha keras dari masing-masing personel. ’’Tapi yang penting sekarang kita tetap berusaha semampunya. Asal bisa membuat orang tertawa kami sudah senang,” tambah Rihendri sembari berpose di hadapan kamera. (yr)
Post a Comment
selamat untuk kak mul micut yang berhasil menjadikan grup lawakannya go nasional n manggung bersama srimulat.kembangkan terus dan salm pramuka.
kalo di malaysia,raja lawak yang kelakar..tapi kadang2 lawak mereka tak berapa menjadi :)
Post a Comment